Media Informasi baru

Blibli
News Update :
Blibli

Pages

Powered by Blogger.

Popular Posts

Blog Archive

PPC Iklan Blogger Indonesia

Mungkinkah Dia bahagia selama ini?

Friday, August 23, 2013

Anda mungkin jarang melihat pasangan suami istri benar-benar damai satu sama lain. Jika Anda ingin melihat pasangan bahagia ketika menikah dengan Anda, ada beberapa tanda yang harus cermat Anda perhatikan.
Berikut ini beberapa tanda yang akan membantu Anda menentukan apakah pasangan Anda bahagia atau tidak setelah menikah yang dikutip dari Boldsky, Senin (30/7).
Benar-benar damai

Tanda paling ampuh kebahagiaan dalam perkawinan adalah rasa aman. Ketika pasangan benar-benar damai satu dengan lainnya, tingkat kenyamanan pasti terlihat. Mereka tidak akan berpikir soal iri dan posesif. Mereka hanya nyaman satu dengan lainnya.
Nyaman dengan keheningan

Beberapa orang bahagia dan nyaman dengan berdiam satu sama lain. Anda tidak perlu mengeluarkan kata-kata. Cukup duduk bersebelahan selama berjam-jam sambil berpegangan tangan, itu bisa membuat Anda dan pasangan bahagia.
Melakukan hal bersama

Ada juga yang bahagia ketika bisa melakukan hal bersama-sama. Mereka mendaftarkan kelas salsa bersama, pergi nonton bersama, belanja hingga makan malam bersama. Ini menunjukkan, pasangan ini bahagia bila bisa selalu menghabiskan waktu bersama sebanyak mungkin.
Bersabar

Jika seorang suami menunggu istrinya selama satu jam untuk menjemputnya dan bisa melupakan kejengkelan itu saat melihat istrinya, itu artinya mereka pasangan yang bahagia. Begitun pula, ketika seorang istri rela menempuh perjalanan 20 kilometer untuk sekadar mengejar makan siang bersama suami, maka mereka benar-benar jatuh cinta.
Menerima perbedaan

Pasangan tidak harus selalu memiliki pikiran yang sama tentang segala hal. Hidup akan membosankan jika seperti itu. Tapi trik bahagianya adalah, menerima perbedaan dan menemukan kompabilitas sendiri. Jika dia suka golf, biarkan dia bermain golf. Berada di sana untuk menghiburnya untuk membuat dia bahagia.

Catatan: Tidak mudah untuk menjadi pasangan bahagia tetapi ketika Anda melihat satu, cobalah belajar dari mereka dan bukannya menjauh. Semoga bermanfaat! 

Sumber :

7 Hal kecil! Harus diperhatikan dalam pernikahan

Anda mungkin sudah tahu bahwa masalah keuangan, mertua yang ikut campur, atau adanya orang ketiga berpotensi menghancurkan rumah tangga. Tapi di luar hal-hal ekstrem itu, ternyata banyak hal kecil dalam pernikahan yang justru bisa lebih berbahaya.


1. Komunikasi digital
Mengirim SMS, BBM, WhatsApp, atau bahkan email, memang lebih cepat dan praktis dibanding menelepon atau bertemu langsung. Apalagi jika Anda berdua sama-sama sibuk. Namun penelitian yang dilakukan Oxford University menemukan bahwa semakin sering pasangan berkomunikasi secara digital, semakin mereka tak puas dengan pernikahannya.

Jenev Caddell, PsyD, ahli psikologi pernikahan, mengatakan bahwa teknologi memperlancar komunikasi, tapi tidak memuaskan secara emosi. Untuk mengatasinya, pastikan bahwa komunikasi digital dilakukan hanya untuk hal-hal rutin saja. Sedangkan untuk hal-hal penting, tetap bicarakan secara tatap muka. Simpan hal-hal menarik yang ingin Anda ceritakan untuk sesi khusus obrolan santai di akhir hari.

2. Hobi nonton film romantis
Banyak wanita senang nonton film romantis. Tapi hati-hati, jangan anggap serius film-film tersebut, karena riset menunjukkan bahwa pasangan yang percaya pada romansa ala film biasanya jadi tidak sepenuh hati menjalankan hubungan asmaranya sendiri. 

Dalam film, meski cobaan dan kesedihan melanda, selalu ada akhir yang bahagia dan mengejutkan. Tentu saja hal ini tidak terjadi di dunia nyata. Tidak semua lelaki bisa berlaku seperti pangeran impian, dan tidak semua pernikahan berjalan layaknya di film romantis. Gunakanlah film-film ini sebagai inspirasi bagi pernikahan Anda, tapi selalu ingat bahwa film hanya karya fiksi.

3. Kurang tidur
Riset yang dilakukan UC Berkeley menemukan bahwa sebagian besar pasangan bertengkar hebat dalam kondisi kurang tidur. "Jika Anda kurang tidur, konsentrasi akan menurun dan Anda tak bisa berpikir jernih," ujar Leslie Becker-Phelps, PhD, psikolog dan relationship expert untuk WebMD. Jadi lain kali, jika Anda sedang beradu mulut dengan suami, coba ajak dia baik-baik untuk membicarakan masalah ini besok pagi setelah terbangun dari tidur nyenyak.

4. Tak pernah bertengkar
Karena Anda tak pernah berantem dengan suami, bukan berarti semua baik-baik saja. "Yang juga tak pernah bertengkar adalah pasangan yang tak jujur kepada satu sama lain," ujar Dr. Becker-Phelps. Bertengkar sesekali, menurut penelitian Universitas Michigan, justru baik untuk kesehatan. Karena jika ada masalah dan hanya dipendam saja, hormon stres akan meningkat tajam dan memicu penyakit fisik.

Namun bukan berarti Anda harus membesar-besarkan hal kecil dan membuatnya jadi pertengkaran. Cukup saling jujur dan terbuka saja, bicarakan semua hal yang mengganggu pikiran Anda. Jika Anda kurang suka dengan kebiasannya melempar baju kotor sembarangan, alih-alih dipendam bertahun-tahun hingga akhirnya meledak jadi pemicu pertengkaran saat Anda sedang sensitif, lebih baik bilang baik-baik pada suami. Katakan bahwa Anda mencintainya, namun Anda akan lebih bahagia jika ia menyimpan baju kotornya di keranjang yang sudah disediakan.

5. Masalah rumah tangga teman
Penelitian menunjukkan bahwa perceraian cenderung mewabah dalam lingkaran sosial, keluarga, bahkan tempat kerja. Jika suami teman Anda ketahuan berselingkuh, tanpa disadari Anda akan mulai bertanya-tanya apakah hal yang sama mungkin terjadi pada suami Anda. Terlebih jika Anda memiliki sejumlah teman yang bercerai, karena ini membuat Anda berpikir pada perceraian adalah salah satu opsi yang bisa dipertimbangkan. 

Bukan berarti Anda harus meninggalkan teman yang rumah tangganya bermasalah. Tentu saja tidak. Cukup tingkatkan kesadaran diri bahwa pernikahan setiap orang berbeda-beda, karena terdiri dari dua orang yang memiliki nilai moral dan kepribadian yang berbeda pula. Apa yang terjadi pada rumah tangga sahabat Anda tak bisa dibandingkan dengan rumah tangga Anda.

6. Melupakan kencan
Banyak pasangan setelah menikah, apalagi punya anak, berhenti meluangkan waktu untuk kencan berdua saja. Padahal berkencan sangat penting untuk menghangatkan hubungan, untuk beristirahat sejenak dari berbagai kewajiban rumah tangga, mengurus rumah, mengurus anak, dan sebagainya, dan mengingatkan diri bahwa pernikahan bukan sekadar "pekerjaan", tapi komitmen yang didasari rasa cinta.

Tak perlu merencanakan liburan atau bulan madu kedua ke tempat yang jauh-jauh. Berkencan sebaiknya malah dilakukan sering dan rutin, misalnya setiap malam minggu, persis seperti waktu Anda masih berpacaran.

7. Terlalu banyak minta maaf
Jika Anda memang melakukan kesalahan, minta maaf memang sudah sewajarnya. Yang berbahaya adalah jika Anda atau suami adalah tipe yang meminta maaf hanya supaya pertengkaran berakhir. Padahal bisa jadi pihak yang meminta maaf tersebut tidak tahu kesalahan apa yang dia lakukan, atau bahkan tahu tapi tidak mengerti kenapa itu jadi kesalahan di mata pasangannya.

Yang lebih berbahaya adalah jika Anda atau pasangan gemar meminta maaf hanya karena malas bertengkar, tapi dalam hati memendam kesal. Yang terbaik adalah selalu memberi tahu pasangan apa yang Anda rasakan. Jika Anda senang melakukan A, tapi dia tak suka, jangan langsung meminta maaf dan memendam kecewa. Bicarakan pada pasangan kenapa Anda senang melakukan A, dan minta dia untuk mengerti, atau setidaknya cari jalan tengah yang sama-sama menguntungkan.


Sumber :





BFF (best friend forever)






Orang bilang, sahabat adalah keluarga yang kita pilih. Kita nggak bisa memilih dilahirkan dari keluarga mana, kita nggak bisa memilih orangtua dan saudara kita, tapi kita bisa memilih sahabat kita.

Saya bertemu BFF (best friend forever) saya pertama kali pada saat kelas enam SD. Waktu itu kami berada dalam sebuah kompetisi, saling memperhatikan satu sama lain (atau saya saja, sih. Dia terlalu sibuk mempersiapkan diri untuk maju ke putaran berikutnya), dan kebetulan banget, kami berdua lolos sebagai wakil wilayah untuk tahap berikutnya. 

Saya pikir itu semua akan selesai ketika kompetisi berakhir. Ternyata saya meremehkan kekuatan takdir. Siapa yang menyangka, satu tahun kemudian, kami bertemu lagi dan sejak saat itu dia bagaikan permen karet yang menempel di alas sepatu flat saya: lengket dan susah dilepaskan. Sampai sekarang, 19 tahun kemudian.

Kalau saja ada penelitian yang merumuskan tanda-tanda apakah kita telah menemukan "Sahabat Terbaik Dalam Hidup Kita", saya yakin mayoritas tanda-tandanya ada pada kami berdua. Sementara saya belum menemukan penelitiannya, jadi saya buat daftarnya sendiri (yang merupakan justifikasi bahwa kami berdua benar-benar BFF).

1. Ingat nggak, kita dan BFF dulu sering berpikir untuk tumbuh dewasa bersama?
Saya dan BFF memilih SMA dan universitas yang sama (untungnya diterima — pfiuh). Sekarang, bekerja di tengah kota dengan kantor yang nggak terlalu jauh. Beberapa kali kami duduk bersisian, menatap langit ibu kota, sambil bertanya satu sama lain: "Pernah terbayang nggak sih, dulu kita pernah bermimpi menjadi kita yang sekarang — dan sekarang kita menjadi apa yang kita impikan?" Yes dear, kita dan BFF tumbuh dewasa bersama dan mengejar mimpi bersama karena...kita adalah sahabat sehidup semati.

2. Dia bisa dipercaya dan loyal
Ketika kita memberikan pengakuan (terdalam, terkelam, terbahagia — apa pun), kita bisa memberitahunya tanpa perlu merasa takut akan dicap jelek atau takut suatu hari dia akan bergosip di belakang kita. 

3. Memiliki guilty pleasure yang sama 
Seperti misalnya mengomentari akun Instagram seseorang. Atau menonton program gosip di televisi yang sedang membahas hal tidak penting. Orang yang nggak kita kenal. Membuang waktu. Tapi menyenangkan. Dan kita akan membawa rahasia ini sampai dunia berakhir. 

4. Kita berdua bisa menjadi sepasang mata-mata dan agen rahasia papan atas
Karena bisa berkomunikasi hanya dengan tatapan mata. Malah kadang-kadang bisa membaca pikiran satu sama lain. Atau dia bisa menyelesaikan kalimat yang sedang kita katakan — bahkan belum keluar dari mulut kita. Iya, segitunya. 

5. Saling mendukung satu sama lain
Dalam hal baik dan buruk. Baik dalam hal penting maupun hal yang nggak masuk akal sekalipun. Kalau hal yang penting sih, memang sudah sewajarnya. Tapi untuk hal yang nggak penting? Seperti misalnya ketika saya sedang terjebak lembur di kantor dan dia mengirimkan pesan.

BFF: Di mana?
Saya: Kantor. Lembur. Lo di mana?
BFF: Udah di rumah, lagi tiduran. Eh tapi bentar lagi sibuk sih.
Saya: Sibuk apaan?
BFF: Sibuk bikin bom buat dilempar ke bos lo yang udah bikin anak buahnya lembur di Jumat malam.


6. Dia bahagia melihat kita sukses dan begitu pula sebaliknya
Ketika saya bilang bahwa saya mendapatkan promosi di kantor, dia adalah orang pertama yang memberikan selamat dan berkata bahwa dia bangga kepada saya. Dan sebaliknya, ketika akhirnya dia diterima di sebuah perusahaan multinasional di ibu kota, saya adalah orang yang berteriak paling kencang. Dan kebahagiaan tersebut datang dari hati — tulus, nggak kayak teman artifisial lainnya.

7. Perdebatan paling signifikan adalah ketika BFF memilih Britney Spears dan saya memilih Christina Aguilera
Dan sampai umur segini, perdebatan kami tidak pernah terlalu serius: BFF pilih Ian Harding, sementara saya pilih Ian Somerhalder. Our First World problem.

8. Nggak malu untuk bersikap bodoh dan kekanak-kanakan
Karena kita sudah mencapai tahap nyaman bersama dia sampai nggak peduli bahwa dengan yang kita lakukan dan katakan di depannya. BFF saya memiliki gelar berstatus cum laude dengan IPK nyaris sempurna, tapi di depan saya dia berubah seperti Patrick ketika bercakap-cakap dengan Spongebob. Lupa kalau memiliki kapasitas otak yang cukup untuk melakukan pembicaraan yang layak.

9. Kode etik BFF — yang jelas-jelas diciptakan sendiri, untuk kepentingan kita sendiri
Percakapan di suatu siang:
Saya: Ih, males banget, deh. Dia nge-add gue di Path.
BFF: Seriusan?? Ih nyebelin banget, sih. Di-block aja bisa nggak?
Saya: Lo kan nggak kenal dia. Ketemu juga nggak pernah. Kenapa ikut-ikutan sebel, sih?
BFF: Kode etik BFF, tau. Sebal kepada siapa pun yang disebelin sahabat. Nggak perlu pakai alasan. Apalagi logika.


Kalau Anda bagaimana? Sudah menemukan tanda-tandanya?


Sumber :



PPC Iklan Blogger Indonesia

BISNIS ONLINE JOIN FREE

bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online
 

© Copyright Shelintas ID 2010 -2011 | Design by Anton Sitya | Published by ILmuKita_Pacitan Templates | Powered by Blogger.com.