Media Informasi baru

Blibli
News Update :
Blibli

Pages

Powered by Blogger.

Popular Posts

Blog Archive

PPC Iklan Blogger Indonesia

Kata Ruh dalam Alquran

Wednesday, May 23, 2012

Dalam Alquran terdapat 21 kata ar ruh, yang tersebut dalam 20 ayat. Kata ar-ruh dalam Alquran dipakai dalam berbagai arti dan konteks. Yang pertama kata ar-ruh dikaitkan dengan kata al-quds seperti yang tersebut dalam surat  2 : 87 dan dilihat juga pada surat  2: 254, 5: 110, 16: 102. Tentang ar-ru al-quds  ini ada beberapa pendapat, yang pertama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-ruh al-quds itu adalah  malikat Jibril. Yang kedua adalah Kitab Injil, yang ketiga adalah ruh yang dapat menghidupakan orang mati dan yang empat adalah ruh Tuhan yang dianugrahkan kepada Nabi Isa as., sebagai penghormatan kepadanya.
Pada ayat lain, kata ar-ruh dikaitkan dengan kata al-amin seperti yang disebut pada surat 26: 193. Yang dimaksud dengan ar ruh al-amin adalah malaikat Jibril yang terpercaya untuk menyampaikan wahyu kepada rasul-rasul Allah. Selanjutnya Alquran juga menyebutkan kata ruh sebagai sesuatu yang dibawa malaikat dari Allah untuk disampaikan kepada hamba-hamba-Nya. Alquran menyatakan dalam surat 16: 2 dapat dilihat juga dalam surat 40: 15. Kata ruh sebagai sesuatu dari perintah Allah yang disampaikan malaikat kepada hamba-hamba Tuhan itu adalah mempunyai pengertian wahyu Allah. Lebih jelas lagi adalah keterangan Alquran dalam surat 42: 52.

Di smping itu, kata ruh juga dipakai untuk menyatakan sesuatu yang dihembuskan dari Allah ke dalam diri manusia, dan menjadi bagian dari diri manusia dan selanjutnya Allah juga menjadikan untuknya pendengaran, penglihatan dan hati Alquran menyatakan dalam surat 32: 9, lihat juga dalam surat 38: 72, 15: 29, 66: 12, 21: 91, 58: 22. Dalam Alquran kata ruh, baik dalam pengertian wahyu, Alquran ataupun sesuatu yang dihembuskan Allah ke dalam diri manusia, selalu diberikan keterangan sebagai amr dari Allah. Secara jelas Alquran memberikan jawaban pertanyaan tentang ruh ialah amr Robb, seperti yang dinyatakan dalam surat 17: 85.

Jadi, ruh dalam Alquran diartikan secara tegas dan jelas sebagai amr dari Allah. Oleh karena itu, kata kunci untuk memahami ruh itu adalah terletak pada kata amr. Dalam kaitan ini maka penjelasan-penjelasan Alquran tentang amr menjadi sangat penting untuk menyingkap dan memahami ruh itu. Tanpa pemahaman yang lengkap tentang amr ini, maka ruh akan sulit dipahami pengertian nya. Kata amr dalam Alquran dipakai untuk berbagai arti. Yang pertama  kata amr diartikan sebagai perintah. Alquran menyatakan dalam surat 65: 5, dapat dilihat juga dalam surat 7: 77 dan 11: 59. Yang kedua amr diartikan sebagai arah, seperti yang dinyatakan dalam Alquran surat 54: 12. Yang ketiga amr diartikan sebagai perkara atau urusan, Alquran menyatakan dalam surat 3: 159. Yang empat  amr diartikan sebagai hukum, atau aturan Allah pada ciptaan-Nya. Alquran menyatakan dalam surat 7: 54. Dari ayat-ayat tersebut, dapat ditarik kesimpulan, bahwa ruh adalah amr dari Allah. Kata kunci dalam Alquran dipakai dalam arti perintah (65: 5), arah (54: 12), perkara, urusan (3: 159) dan hukum atau ketentuan (7: 54). Kata kunci amr  berasal dari kata kerja amara yang artinya perintah untuk mengerjakan. Dalam bentuk imarah artinya adalah kepemimpinan. Dengan demikian, maka kata amr artinya adalah pimpinan, perintah, perkara dan urusan.

Jadi, kata ruh yang dalam Alquran diberi penjelasan sebagai amr min Allah mempunyai pengertian pimpinan, perintah, perkara dan urusan dari Allah. Fungsinya tidak lain adalah merupakan bimbingan dan petunjuk bagi manusia. Dalam pengertian sebagai pembimbing atau pemberi petunjuk itulah, maka dalam Alquran ruh juga dipakai untuk menyebut nama malaikat, dengan sebutan ar-ruh al-amin, yaitu malaikat Jibril yang bertugas membimbing para rasul menurunkan dan mengajarkan wahyu. Ruh juga diartikan sebagai wahyu yang terkumpul dalam kitab suci sebagai pedoman hidup bagi manusia (42: 52)

Lalu, apakah ruh dari Allah yang dihembuskan ke dalam diri manusia itu? Jika direnungkan surat 32: 9 yang mengaitkan ruh ke dalam diri manusia dengan dijadikannya pendengaran, pengelihatan dan al-afhida (fuad), maka dapatlah ditarik pengertian bahwa ruh itu adalah pimpinan yang ada dalam diri manusia, yang membimbing pendengaran, pengelihatan dan qalbunya untuk memahami kebenaran. Pendengaran, pengelihatan dan al-afhida (fuad) merupakan instrumentasi rohani yang memungkinkan manusia memahamai pimpinan Allah, sehingga ia dapat mendengar, melihat dan memahami kebenaran sejati (22: 46).

Alquran secara tegas menjawab dan menerangkan pertanyaan tentang ruh manusia sebagai amr min Robb dan manusia diberikan pengetahuan sedikit tentangnya dalam surat 17: 85. Jadi, ruh dalam diri manusia adalah bimbingan dan pimpinan dari Allah dalam diri manusia. Pernyataan Alquran bahwa manusia mempunyai pengetahuan yang sedikit tentang ruh, bukan berarti tidak bisa mengetahui sama sekali tentang ruh. Pengetahuan manusia tentang ruh sedikit sekali tentunya jika dibandingkan dengan pengetahuan Allah.

Pengetahuan manusia tentang ruh adalah sangat penting karena dengan mengetahuinya, maka manusia dapat mengenali dirinya dan memahami kebenaran, sehingga ia dapat menjauhi perbuatan yang dapat merusak dan merugikan diri sendiri dan menjalani hidupnya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Pengetahuan tentang ruh tentunya berbeda dengan pengetahuan manusia mengenai benda-benda yang dapat disusun secara ilmiah, berdasarkan data-data yang terkumpul yang dapat diukur, diamati dan dianalisa. Dengan memahami, menyadari dan memasuki diri sendiri, manusia berhubungan dengan eksistensi ruhnya yang ada dalam dirinya sendiri.

Jadi, hakekat ruh adalah bimbingan dan pimpinan Allah yang hanya diberikan kepada manusia, yang membedakan manusia dari mahkluk Allah lainnya. Ruh tidak lain adalah daya yang bekerja secara spiritual untuk memahami kebenaran,  suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
 Hakekat ruh tidak dapat diketahui secara material karena ruh bersifat gaib sehingga tidak dapat ditunjuk subtansinya secara fisik dalam dimensi ruang dan waktu. Kesulitan memahami hakekat ruh oleh karena sifatnya yang gaib membuka perbedaan pemahaman terhadapnya, dan seringkali antara pengertian yang satu dengan yang lainnya menjadi kabur. Dalam studi Filsafat Islam, seperti Ibn Sina menegaskan bahwa ruh dijumbuhkan dengan nafs, sehingga menyulitkan usaha memahami hakekat ruh itu sendiri, mengingat nafs dapat juga berarti diri, atau keakuan.
Dalam hubungannya dengan pembentukan kebudayaan, peranan ruh sebagai pimpinan dan bimbingan Allah dalam diri manusia itu sangat besar, karena dengan ruh sebagai daya yang bekerja secara spiritual untuk berhubungan dengan prinsip-prinsip kebenaran melalui berpikir terhadap alam sekitar dan selalu ingat kepada kekuasaan Allah, maka arah pembentukan kebudayaan yang rasionalistik materialis seperti yang tampak gejalanya dalam kehidupan modern, akan bergeser ke arah kehidupan kebudayaan yang berdimensi transenden.
PPC Iklan Blogger Indonesia

BISNIS ONLINE JOIN FREE

bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online
 

© Copyright Shelintas ID 2010 -2011 | Design by Anton Sitya | Published by ILmuKita_Pacitan Templates | Powered by Blogger.com.